Jakarta – Tabir gelap yang menyelimuti kasus penculikan dan pembunuhan sadis terhadap Budi Santoso (nama samaran), seorang kepala cabang bank BUMN terkemuka di Jakarta, akhirnya mulai tersingkap. Setelah melalui proses penyelidikan yang intensif dan maraton selama beberapa pekan, Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya berhasil mengidentifikasi dan menangkap sosok yang diduga kuat menjadi otak di balik kejahatan terencana ini. Sosok tersebut, yang jauh dari profil kriminal pada umumnya, adalah Dwi Hartono, seorang pengusaha dan motivator yang cukup dikenal di kalangan terbatas.
Penangkapan Dwi Hartono di sebuah apartemen mewah di kawasan Jakarta Selatan pada Selasa malam (26/8) sontak mengejutkan publik. Selama ini, Dwi dikenal sebagai figur yang karismatik, pandai berbicara, dan kerap memberikan seminar-seminar tentang kesuksesan dan pengembangan diri. Namun, di balik citra publiknya yang gemilang, polisi menduga Dwi adalah arsitek utama dari sebuah rencana keji yang berujung pada hilangnya nyawa Budi Santoso secara tragis.
"Berdasarkan alat bukti yang kami kumpulkan, termasuk keterangan dari para tersangka eksekutor yang sudah kami amankan sebelumnya, serta data digital forensik, kami menyimpulkan bahwa tersangka DH (Dwi Hartono) adalah dalang atau mastermind dari seluruh rangkaian kejahatan ini," ujar Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra, dalam konferensi pers yang digelar pada Rabu (27/8).
Kasus ini bermula dari laporan hilangnya Budi Santoso pada awal Agustus lalu. Ia terakhir kali terlihat meninggalkan kantornya pada sore hari, namun tak pernah sampai di rumah. Beberapa hari kemudian, mobilnya ditemukan terparkir di sebuah area publik, sementara jasadnya yang malang ditemukan di sebuah lahan kosong di pinggiran kota dengan tanda-tanda kekerasan hebat. Penemuan ini memicu kehebohan dan menjadi prioritas utama kepolisian untuk diungkap.
Tim gabungan dari Subdit Jatanras dan Subdit Resmob Polda Metro Jaya bergerak cepat. Dalam waktu singkat, mereka berhasil meringkus belasan orang yang berperan sebagai tim eksekutor di lapangan. Mereka terdiri dari berbagai kelompok, mulai dari tim pengintai yang memetakan rutinitas korban, tim penculik yang melakukan penyergapan, hingga tim eksekusi yang menghabisi nyawa korban. Dari mulut para eksekutor inilah nama Dwi Hartono mulai muncul sebagai pemberi perintah dan dana.
Menurut Kombes Wira, motif di balik pembunuhan ini diduga kuat terkait dengan masalah utang-piutang dan bisnis yang rumit antara Dwi Hartono dan korban. "Ada dugaan motif ekonomi yang sangat kuat. Korban diduga mengetahui atau memiliki data terkait praktik bisnis tersangka DH yang berisiko, dan ada transaksi keuangan dalam jumlah besar yang menjadi pemicu utama. Kami masih terus mendalami detailnya," jelas Wira.
Penyelidikan mengungkap bahwa Dwi Hartono merancang pembunuhan ini dengan sangat teliti dan sistematis, layaknya sebuah operasi intelijen. Ia diduga merekrut beberapa koordinator lapangan, yang kemudian membentuk tim-tim kecil dengan tugas spesifik. Tujuannya adalah untuk memutus mata rantai perintah, sehingga jika salah satu tim tertangkap, mereka tidak akan bisa menunjuk langsung ke Dwi sebagai dalang utama. Namun, kejelian penyidik dalam menganalisis pola komunikasi dan aliran dana berhasil meruntuhkan tembok yang coba dibangun oleh Dwi.
"Tersangka DH ini sangat lihai. Ia menggunakan berbagai lapisan komunikasi dan transaksi untuk menyamarkan perannya. Ia tidak pernah berkomunikasi langsung dengan para eksekutor di level paling bawah," tambah Kasubdit Jatanras, AKBP Rovan Richard Mahenu. "Namun, jejak digital tidak bisa bohong. Kami berhasil melacak aliran perintah dan dana yang pada akhirnya semua bermuara pada tersangka DH."
Terungkapnya peran Dwi Hartono sebagai otak kejahatan ini menjadi sebuah ironi yang menyakitkan. Sebagai seorang motivator, ia sering berbicara tentang integritas, kerja keras, dan cara-cara mencapai kesuksesan secara halal. Namun, di balik panggung, ia diduga merencanakan sebuah kejahatan paling hina untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Kasus ini menjadi pengingat bahwa penampilan luar dan citra publik seseorang tidak selalu mencerminkan karakter yang sesungguhnya.
Kini, Dwi Hartono harus menghadapi ancaman hukuman maksimal, yakni hukuman mati atau penjara seumur hidup, karena dijerat dengan pasal pembunuhan berencana. Polisi juga masih terus mengembangkan penyelidikan untuk mencari kemungkinan adanya keterlibatan pihak lain, termasuk kemungkinan adanya oknum internal di lingkungan kerja korban yang mungkin memberikan informasi kepada para pelaku.
Bagi keluarga Budi Santoso, terungkapnya dalang utama ini mungkin tidak akan bisa mengembalikan orang yang mereka cintai. Namun, ini adalah langkah awal menuju keadilan. Mereka berharap proses hukum dapat berjalan transparan dan semua pelaku, terutama sang arsitek kejahatan, mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat untuk selalu waspada, karena kejahatan bisa datang dari orang-orang yang paling tidak terduga sekalipun.